Senin, 05 Oktober 2015

Dahulukan Yang Paling Penting

Seorang dosen berdiri di depan kelas filsafat. Saat kelas dimulai, dia mengambil toples kosong dan mengisi dengan bola-bola golf. Kemudian ia berkata kepada murid-muridnya, "Apakah toples sudah penuh?"
Mereka setuju!!
Kemudian dia menuangkan batu koral ke dalam toples, mengguncang dengan ringan. Batu-batu koral mengisi tempat yang kosong di antara bola-bola golf.

Kemudian dia bertanya kepada murid-muridnya, "Apakah toples sudah penuh??" Mereka setuju!!
Selanjutnya dia menabur pasir ke dalam toples. Tentu saja pasir menutupi semuanya. Profesor itu sekali lagi bertanya, "Apakah toples sudah penuh..?"
Para murid berkata, "Yes..!!"
Lalu dia menuangkan dua cangkir kopi ke dalam toples dan secara efektif kopi mengisi ruangan kosong di antara pasir.
Para murid tertawa..
"Sekarang saya ingin kalian memahami, bahwa toples ini mewakili kehidupanmu.
Bola-bola golf adalah hal-hal penting. Tuhan, keluarga, anak-anak, dan kesehatan. Jika yang lain hilang dan hanya tinggal mereka hidupmu masih tetap penuh."
Suasana kelas sunyi.
"Batu-batu koral adalah hal-hal lain, seperti pekerjaanmu, rumah, dan mobil. Pasir adalah hal-hal sepele. Jika kalian pertama kali memasukan pasir ke dalam toples maka tidak akan tersisa ruangan untuk batu-batu koral ataupun untuk bola-bola golf!
Hal yang sama akan terjadi dalam hidupmu. Jika kalian menghabiskan energi untuk hal-hal yang sepele, kalian tidak akan mempunyai ruang untuk hal-hal yang penting untuk kalian."
Kelas tetap sunyi.
"Jadi beri perhatian untuk hal-hal yang penting untuk kebahagiaanmu. Bermainlah dengan anak-anakmu. Luangkan waktu untuk check-up kesehatan. Ajak pasanganmu untuk keluar makan malam. Berikan perhatian terlebih dahulu kepada bola-bola golf. Hal yang benar-benar penting. Atur prioritasmu. Baru yang terakhir, urus pasirnya."
Salah satu murid mengangkat tangan dan bertanya, "Kopi mewakili apa??"
Profesor tersenyum, "Saya senang kamu bertanya. Itu untuk menunjukan kepada kalian, bahwa sekalipun hidupmu tampak sudah sangat penuh.. tetap selalu tersedia tempat untuk secangkir kopi bersama SAHABAT.."

(Sumber Cerita dari kelas filsafat sebuah kampus di Yogyakarta di Buku "Bukan Untuk Dibaca" karya Deassy M. Destiani)

Pesan : Seringkali manusia lupa, bahwa mereka hidup di dunia ini untuk apa? Padahal semuanya hanya sementara. Kesibukan mencari nafkah menjadi prioritas utama, sehingga melupakan hal penting yang utama yaitu Tuhan, keluarga, dan kesehatan diri sendiri. Bahkan seringkali karena kesibukan kita lupa, bahwa kita membutuhkan sahabat untuk berbagi. Sudahkah Anda hitung berapa banyak sahabat yang dimiliki saat ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar