Rabu, 07 Oktober 2015

Perhatian

Suatu ketika, ada seorang pemuda yang mempunyai sebuah bibit mawar. Ia ingin sekali menanam mawar itu di kebun belakang rumahnya. Pupuk dan sekop kecil telah di siapkan. Bergegas, disiapkannya pula pot kecil tempat mawar itu dan akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pot yang terbaik, dan diletakkan pot itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap, bibit ini dapat tumbuh dengan sempurna.

Disiramnya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang mengganggu, segera disianginya agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya tampak mulai merekah, walau hanya warnanya yang belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil.
Diamatinya bunga itu dengan hati-hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh pula duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan mengapa duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan mengganggu keindahan mawar-mawar miliknya.
Sang pemuda tampak bergumam dalam hati, "Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapihkan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada bagian dari kulitku yang tergores. Ah pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-duri pengganggu ini."
Lama-kelamaan, pemuda ini tampak enggan untuk memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi. Dibiarkannya rumput-rumput yang mengganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini tampak merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu per satu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun meranggas dan layu.
Jiwa manusia adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu ada 'mawar' yang tertanam. Tuhan yang menitipkannya kepada kita untuk dirawat. Tuahnlah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita. Layaknya taman-taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.
Sayang, banyak dari kita yang hanya melihat "duri" yang tumbuh. Banyak dari kita yang hanya melihat sisi buruk dari diri kita yang akan berkembang. Kita sering menolak keberadaan diri ini, kekecewaan juga rasa tak mau menerima hadir terhadap diri.
Kita berpikir bahwa hanya hal-hal buruk yang akan tumbuh dari diri kita. Kita menolak untuk "menyirami" hal-hal baik yang sebenarnya telah ada. Dan akhirnya, kita kembali kecewa, kita tak pernah memahami potensi yang dimiliki.
Banyak orang yang tak menyangka, mereka juga sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tak menyadari, adanya mawar itu. Kita, kerap disibukkan dengan duri-duri kelemahan diri dan onak-onak kepesimisan dalam hati ini. Orang lainlah yang kadang harus menunjukkannya.
Andai kita bisa menemukan "mawar-mawar" indah yang tumbuh dalam jiwa, kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang tumbuh. Kita akan terpacu untuk membuatnya selalu merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan tumbuh. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan terindah adalah saat kita berhasil menunjukkan diri tentang mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang ada.
Semerbak harumnya akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang ditawarkannya, adalah layaknya ketenangan air telaga yang menenangkan keruwetan hati. Mari, kita temukan "mawar-mawar" ketenangan, kebahagiaan, dan kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita. Mungkin, ya, mungkin kita akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah itu membuat kita putus asa. Mungkin, tangan-tangan kita akan tergores dan terluka, tapi janganlah itu membuat bersedih nestapa.
Biarkan mawar-mawar itu indah itu merekah dalam hati. Biarkan kelopaknya memancarkan cahaya kemuliaan-Nya. Biarkan tangkai-tangkainya memegang teguh harapan dan impian. Biarkan putik-putik yang dikandungnya menjadi bibit dan benih kebahagiaan baru. Sebarkan tunas-tunas itu kepada setiap orang yang kita temui, dan biarkan mereka juga menemukan keindahan mawar-mawar lain dalam jiwanya.

(Sumber : www.emotivasi.com dalam buku "Bukan Untuk Dibaca" karya Deassy M. Destiani)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar